Senin, 25 Maret 2019

Jangan Memgungkap Hasil Diagnosa Dalam Ruqyah



■Dilarang Mengungkap Hasil Diagnosa Dalam Ruqyah■
=========================

Dalam buku الدررالبهية في بعض مسائل الرقية الشرعية Syaikh Abu Barra' bercerita, bahwa ada seorang bapak yang membawa anak kecil yang menderita atrofi (pengecilan sel sel otak) kepada seorang peruqyah. Setelah melihat indikasi dan gejalanya, sang peruqyah tadi mengucapkan  "Laa haula walaa quwwata illa billahil 'aliyyil 'adzhim", langsung memvonis bahwa anak tersebut terkena  'Ainul Jin.
Menanggapi hal tersebut, Syaikh Abu Barra' mengatakan : aku menyarankan agar sahabatku ini meninggalkan "orang ini (peruqyah) ini karena vonisnya yang membahayakan.

Menurut Syaikh, vonis sejenis ini tidak terjadi kecuali karena 2 kemungkinan saja penyebabnya :

1. Bahwa peruqyah tadi meminta bantuan jin. (dibantu tanpa disadari tambahan dari saya - nadhif)

2. Bahwa peruqyah tersebut berbicara "Tanpa ilmu"  tentang perkara yang "Ghaib".
Selanjutnya Syaikh mengatakan :
Prilaku ini kadang dilakukan supaya peruqyah itu dikenal orang, terlihat professional, terlatih, memiliki "Analisa" tajam, memiliki gagasan tepat, dll. Dan semua ini adalah kebodohan yang besar.

Syaikh mengatakan, setelah kami pelajari secara keilmuan dan mengumpulkan berbagai sisi yang berkaitan dengan pasien dan mengenai gangguan/penyakit, seorang peruqyah mampu secara akurat dalam diagnosa. Namun yang lebih utama adalah menjauhi dan tanpa mengemukakan penyakit dan gangguan tsb kepada pasiennya, karena 3 pertimbangan :

1. Gejala gangguan ghaib tidak dapat ditetapkan secara pasti apapun keadaannya.
2. Diagnosa itu akan meninggalkan pengaruh negatif terhadap penyakit sehingga mempengaruhi kejiwaan, prilaku dan tabiat marqi.
3. Sesungguhnya, dalam menyampaikan kesimpulan hasil diagnosa, terbatas hanya untuk peruqyah saja.
Dikutip dari Panduan Ruqyah Syar'iyyah Karya Syaikh Abu Barra, hal. 85-86.

Dalam ranah terapi, cukuplah dugaan itu dipahami oleh peruqyah saja. Hal ghaib tetaplah ghaib secara hakiki. Sehingga perlu hati hati dalam mengaitkan data dan menyimpulkannya, termasuk dalam hal ini adalah mengaitkan dosa dan sakitnya. Karena hal ini juga termasuk ranah ghaib.
Hati hati dalam mengaitkan data dan tidak mengungkapkan hasil diagnosa pada pasien.
Semoga kita lebih hati hati dan bijaksana dalam memberikan terapi.

Wallohua'lam.

Re post from :
Nadhif
RLC Indonesia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar