Bukan rahasia jika merokok menimbulkan ketagihan luar biasa.
Ketagihan ini begitu sulit dilepaskan, hingga akhirnya perokok menderita sakit
yang kadang berakhir tragis.
Hal ini disadari sepenuhnya oleh Sukamto (67), seorang pria
perokok aktif. Sukamto mengaku dapat menghabiskan sebungkus rokok selama 2
hari. Dari hasil pemeriksaan, kandungan karbonmonoksida (CO) dalam tubuhnya
mencapai 10 ppm.
Kendati masih dalam kategori ringan, hasil tersebut menjadi
peringatan penting bagi Sukamto. "Sebetulnya tidak perlu menunggu sakit
untuk berhenti merokok. Walau sulit saya akan mencoba mengurangi porsi
merokok," kata bapak yang kerap melakukan ronda malam tersebut.
Berhenti merokok bagi Sukamto akan menjadi tantangan tersendiri.
Karena menurutnya, rokok membantunya tetap terjaga saat ronda. Rokok juga
membantunya cepat akrab dengan warga lain yang mendapat giliran ronda.
Sukamto mengatakan, sebetulnya sampai saat ini dia belum
merasakan dampak buruk merokok. Nafasnya memang kerap terengah bila lari atau
senam pagi bersama istrinya. Namun kondisi tubuhnya secara umum dirasa tetap
sehat.
Kendati begitu, dirinya bersyukur sang istri tidak memiliki
kandungan CO setinggi dirinya. "Istri saya cuma 1 ppm. Mungkin karena saya
selalu merokok di luar dan tidak pernah di dalam rumah. Tapi tetap saya ingin
mengurangi porsi merokok," kata bapak tiga putera ini.
Rokok memang tidak langsung memberi dampak merugikan bagi
para pecandu dan mereka yang tidak sengaja menghisapnya. Menurut ahli paru-paru
dari RSUP Persahabatan, dr. Agus Dwi Susanto Sp.P, lamanya peningkatan kadar
polutan dalam tubuh bergantung pada frekuensi dan banyaknya jumlah rokok yang
diisap. Semakin sering dan banyak mengisap rokok, maka jumlah CO makin cepat
meningkat.
"Perokok berat memiliki kandungan CO hingga 30 ppm.
Sementara perokok ringan berkisar 10 ppm. Karena itu tidak heran bila perokok
berat lebih mudah terengah dan berisiko menderita berbagai penyakit,"
ujarnya.
Perokok berat memiliki kandungan CO yang cukup tinggi. Gas CO
kemudian berikatan dengan hemoglobin (Hb) membentuk COHb, yang mengganggu
penyerapan dan sirkulasi oksigen dalam tubuh. Akibatnya, tubuh perokok berat
lebih mudah terengah dan lemas, karena kekurangan oksigen.
Perokok juga menghadapi risiko penyakit jantung koroner
(PJK) akibat meningkatnya kekentalan darah. "Baik perokok ringan maupun
berat sebetulnya menghadapi risiko yang sama. Asap rokok persis asap knalpot,
tidak peduli jenis rokoknya. Karena itu segeralah berhenti merokok," kata
Agus.
Hidup sehat bebas rokok sangat dinikmati Nurhasanah yang
berusia 72 tahun. Ditemui pada ulang tahun RSUP Persahabatan ke-50 di Jakarta
pada Minggu (24/11/2013), nenek 5 cucu ini tampak menikmati suasana dan agenda
yang diadakan. Nenek ini bahkan tidak segan ikut bermandi matahari bersama
peserta lainnya. Menurutnya lingkungan bebas rokok menjadi resep mujarab
kesehatan nenek yang tinggal di Klender ini.
Hal serupa dikatakan Siti Masriah (48), yang hanya memiliki
kandungan CO 2 ppm dalam tubuhnya. Siti mengatakan kendati memiliki seorang
suami dan 2 orang putera, dirinya selalu menekankan ruginya merokok.
"Kita udah nggak kaya. Masa mau sakit gara-gara rokok ?
Mending duitnya buat yang lain. Saya juga selalu negur siapa saja di dekat saya
yang merokok. Kalau bilanginnya baik-baik pasti dia nurut dan malu," tutur
ibu yang berdomisili di Pondok Bambu ini.
Untuk
info Terapi Stop merokok hubungi :
Rumah
Sehat Thera Afiat
Jl.
Kelapa Sawit Blok D/D No. 15
Samping
Pusat Kajian Al Quran dan Informasi Islam
Kelapagading
Telp./WA 08111494599
08788
3171247
Pin
28303BAC
Source:
Label :
Berhenti Merokok, Hypno Smoker, Hypno Smoking, Hypnosis,
Hypnotis, Kelapa Gading, Mati Akibat Merokok, Rokok, Rumah Sehat Thera Afiat,
smoker Therapy., Stop Smoking, Thera Afiat, udud, Verri JP MA
Tidak ada komentar:
Posting Komentar